Dahlan Iskan : 9 Bulan Naik Roller Coaster

9 Bulan Naik Roller Coaster
Seumur-umur saya tidak pernah bersingungan dengan dunia politik. Membayangkannya pun hampir tidak pernah. Kalau kemudian 9 bulan terakhir ini ikut sok sibuk, semua gara-gara satu orang bernama Dahlan Iskan. Sialnya, sekali-kalinya mendukung capres, saya harus bertemu dengan seorang yang terlalu ‘lurus dan kaku’ di belantara politik indonesia yang licin dan penuh jebakan Joker.
9 bulan yang sangat seru, bercampur gemas, sekaligus memacu adrenalin. Persis seperti naik rollercoaster. Hasil akhirnya adalah sebuah pengalaman yang menginspirasi . Kok masih ada orang model gini ya?
Orang yang ngeyel tidak mau mendaftar capres kecuali diundang. Anak buah yang begitu menghormati atasannya sehingga memilih ikut konvensi di partai yang sedang babak belur daripada meng’iya’kan pinangan partai lain. Pemimpin yang terus menerus mengingatkan relawannya lewat sms dan bbm untuk tidak menyerang capres lain. Capres yang dengan kekayaannya seharusnya bisa membuat kampanye massive lewat medianya sendiri atau membayar media lain, tapi itu tidak dilakukannya karena menghormati kerja ikhlas relawan. Pejabat yang tetap kerja, kerja, kerja disaat capres lain sibuk bermanuver sana sini. Bahkan di saat weekend.
“ Kalau harus memilih, saya lebih baik mundur dari konvensi daripada mundur dari tugas menteri. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan di sisa 8 bulan ini.”
Integritas adalah satunya kata dan perbuatan. Komitmen dan idealismenya luar biasa. Ketika didesak para relawan untuk memanfaatkan medianya, abah dengan tegas menolak. Pemilu ini kepentingan jangka pendek. Jawa Pos itu kepentingan jangka panjang ribuan orang. "Kalau kita benci apa yg dilakukan TvOne dan Metro Tv, masak kita juga melakukan hal yang sama" tegas Abah. (Rekaman soal ini bisa didengarkan disini: soundcloud.
Iseng, setiap menemukan Jawa Pos, saya pasti langsung membuka halaman politik untuk menguji statemen itu. Dan selalu terbukti. Berita tentang Abah dan atau Demokrat seringkali tidak ada. Malah lebih banyak berita capres dan partai lain. Yang paling heboh tentu saja saat Demokrat kampanye akbar terakhir di Sidoarjo. Hari itu cover Jawa Pos malah diisi iklan Nasdem satu halaman full! Kabarnya kenetralan Jawa Pos inilah yang 'mengecewakan' Demokrat.
Jangankan memakai Jawa Pos, memanfaatkan 1 juta lebih follower twitter @iskan_dahlan
saja Abah tidak bersemangat. Sampai seri Manufacturing Hope berjumlah 128 tulisan pun, Bagaimanapun para relawan membujuknya, Abah tetap tidak pernah men-twit MH sekalipun. Padahal itu visi misinya. Baginya twitter bener-bener personal. Facebooknya juga bernasib sama. Setelah dibujuk relawan, Abah memang akhirnya membuat akun facebooknya. Tapi berakhir dengan 1 kali update status. Setelah itu tak terurus. Dan tetap kekeuh menolak dikelola admin.

Minggu-minggu terakhir ini, keikhlasan perjuangan abah benar-benar menjadi inspirasi saya. Prinsip menjemput takdir, menunggu takdir dan akhirnya menerima takdir benar-benar dijalaninya dengan total. Perhatikan bahasa tubuhnya saat diwawancarai Aviani Malik sesaat setelah hasil konvensi ‘digantung’. “Menang konvensi itu seperti dapat cokelat, tapi cokelatnya tidak bisa dimakan.” katanya ringan. (videonya bisa dilihat disini: youtube
Hebatnya, setelah 'disia-siakan', dihadapan relawannya pun Abah tetap marah saat SBY diolok-olok.
“Kita tidak boleh marah sama Pak SBY, terutama Dahlanis, biar masyarakat yang menilai. Kita harus ikhlas, biar Allah dengan takdirnya yang bekerja.Jangan sesali hasil konvensi, toh kita sudah menang. Kalo nggak ikut konvensi mungkin lebih sedikit orang yang kenal saya.” redam Abah pada para relawan yang galau.

“Ilmu ikhlas kita belum setingkat bapak, wajar jika kami kecewa dan marah” sanggah Mas Warijan, Dahlanis Mojokerto.
“Gak boleh, kalian harus belajar, marah tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menambah masalah."
“Begitu banyak biaya, tenaga dan lainnya yang sudah kami keluarkan Pak….”
“Harus ikhlas, anggap saja itu biaya belajar”
“Bagaimana langkah selanjutnya….”
“Mahar dan mahal. Sekarang sudah masuk tingkatan itu, dan saya tidak mau (ikut) seperti itu. Nilainya sudah T dan T. Triliun dan Truk.”
Seperti sebuah dialog fiksi, tapi ini benar-benar terjadi. Dialog yang membuat para Dahlanis yang mengiringi Abah di kereta dari Malang hari minggu lalu itu tak mampu menahan air mata. Dialog yang tidak mengejutkan saya. Beberapa kali saya dan relawan lain menjadi saksi dialog pelajaran keihlasan tingkat tinggi seperti itu.
Jadi apapun nanti, bahkan kalau tidak jadi apa-apa pun, buat saya Dahlan Iskan adalah sebuah harapan dan inspirasi. Di jaman edan ketika ingkar janji adalah hal yang lumrah, kebohongan adalah hal yang segera dilupakan, mengkhianati amanat rakyat dicari alasan pembenarannya, dan menghalalkan segala cara adalah kewajiban di dunia politik. Dari abah saya belajar bahwa integritas, komitmen dan keikhlasan perjuangan tetap bisa ditegakkan. Bahkan di jagat politik yang penuh muslihat.
Hari-hari ini, setelah melihat cara partai politik membangun koalisi, bagaimana posisi cawapres ‘diperdagangkan’, dimana kepentingan golongan diutamakan, saya mulai bisa bersyukur abah tetap dalam idealismenya. Sumur tak akan mencari timba.
Terngiang kata-kata yang saya dengar langsung 18 Agustus 2013. “Jadi (presiden) bismillah, nggak jadi alhamdulillah’. Mantra itu terus menanamkan keikhlasan.
Terima kasih atas begitu banyak pelajaran 9 bulan terakhir ini, Abah.
Saya bangga jadi Dahlanis.



Sumber : facebook - 
Ahmad Zaini 
bisa di sini : kabardahlan

0 Response to "Dahlan Iskan : 9 Bulan Naik Roller Coaster"

Post a Comment